Rabu, 19 November 2014

Seperti Apa Surga dan Neraka Itu?



 SEPENGGAL PENGETAHUAN IMAN


1.      Surga itu apa?
Kitab Suci menyebut surga sebagai tempat kediaman Allah (1Raj 8:30; Mzm 2:4; Mrk 11:25; Mat 5:16; Luk 11:15; Why 21:2), tempat kediaman para malaikat (Kej 21:17; Luk 2:15; Ibr 12:22; Why 1:4), tempat kediaman Kristus (Mrk 16:19; Kis 1:9-11; Ef 4:10; Ibr 4:14), dan tempat kediaman orang-orang kudus (Mrk 10:21; Flp 3:20; Ibr 12:22-24). Kitab Suci memakai gambaran-gambaran yang dapat ditangkap oleh manusia dengan pengalaman hidupnya untuk menunjukkan kebahagiaan surgawi, antara lain digambarkan sebagai Firdaus yang baru, kenisah surgawi, Yerusalem baru, tanah air sejati, Kerajaan Allah. Terlihat bahwa surga lebih banyak digambarkan sebagai sebuah ”tempat”.
Katekismus Gereja Katolik (KGK) lebih menekankan gambaran surga sebagai suatu kondisi kehidupan yang serba sempurna jika dibandingkan dengan kehidupan manusia di dunia. Surga adalah persekutuan kehidupan abadi yang bahagia, sempurna dan penuh cinta bersama Allah Tritunggal Mahakudus, bersama Perawan Maria, para malaikat dan orang kudus. Surga merupakan keadaan bahagia sempurna, tertinggi dan definitif yang merupakan tujuan terakhir menjadi kerinduan terdalam manusia (KGK 1024).
Seperti apakah surga yang senyatanya? Rupanya sulit bagi kita untuk menggambarkannya sekarang. Kita hidup dalam ketidaksempurnaan, sedangkan gambaran surga memuat unsur-unsur yang serba sempurna: damai sempurna, kasih sempurna, terang yang sempruna, kemuliaan dan kebahagiaan sempurna, persatuan sempurna dengan Allah dan para kudusnya dalam kehidupan kekal. Santo Paulus mengatakan dalam 1Kor 2:9: ”Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pemah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia: semuanya itu disediakan oleh Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (bdk. KGK 1027).

2.      Siapakah yang boleh masuk surga?
Yang boleh masuk surga adalah orang yang mati dalam rahmat dan persahabatan dengan Allah dan disucikan sepenuhnya. Mereka akan hidup bersama dengan Kristus selama-lamanya dan diperkenankan memandang Allah dalam keadaan yang sebenarnya (1Yoh 3:2) dari muka ke muka (KGK 1023). Memandang Allah dalam kemuliaan surgawi-Nya biasa disebut sebagai ”pandangan yang membahagiakan” (Visio beatifica). Paus Benediktus XII mewakili pendapat Gereja Katolik menyatakan: ”Kami mendefinisikan, berkat wewenang apostolik, bahwa menurut penetapan Allah yang umum, jiwa-jiwa semua orang kudus … dan umat beriman yang lain, yang mati sesudah menerima Pembaptisan suci Kristus, kalau mereka memang tidak memerlukan suatu penyucian ketika mereka mati, … atau, kalaupun ada sesuatu yang harus disucikan atau akan disucikan, ketika mereka disucikan setelah mati, … sudah sebelum mereka mengenakan kembali tubuhnya dan sebelum pengadilan umum, sesudah Kenaikan Tuhan, dan
Penyelamat kita Yesus Kristus ke surga sudah berada dan akan berada di surga, dalam Kerajaan surga dan firdaus surgawi bersama Kristus, sudah bergabung pada persekutuan para malaikat yang kudus, dan sesudah penderitaan dan kematian Tuhan kita Yesus Kristus, jiwa-jiwa ini sudah melihat dan sungguh melihat hakikat ilahi dengan suatu pandangan langsung, dan bahkan dari muka ke muka, tanpa perantaraan makhluk apa pun” (Benediktus XII: OS 1000; bdk. LG 49).

3.      Neraka itu apa?
Neraka adalah keadaan pengucilan diri secara definitif dari persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus in (KGK 1033). Penderitaan neraka yang paling buruk adalah perpisahan abadi dengan Allah (KGK 1035). Penderitaan jiwa-jiwa di neraka akan berlangsung selama-lamanya. Kitab Suci memakai gambaran simbolik tentang neraka, yaitu bagaikan ”perapian yang menyala-nyala”, ”api yang tak terpadamkan” (gehenna). Tradisi Gereja menyebut neraka sebagai tempat atau keadaan di mana setan-setan dan para pendosa yang tidak bertobat menderita untuk selama-lamanya (DS 1002). Paham mengenai neraka saat ini lebih menekankan segi keterpisahan secara definitif dari perseklutuan dengan Allah, yang berlangsung selamalamanya. Dalam arti inilah kehidupan dalam neraka merupakan suatu penderitaan. Gereja mengajarkan bahwa ada neraka dan bahwa neraka itu berlangsung untuk selama-lamanya.

4.      Siapakah yang masuk neraka?
Mereka yang masuk neraka adalah orang yang dengan sukarela memutuskan untuk tidak mencintai Allah, mereka yang berada dosa berat tanpa menyesalinya, tidak mau menerima belaskasih Allah, tidak mau mengasihi sesama lebih-lebih kaum lemah, mengingkari Tuhan dengan sukarela. KGK 1035 menyatakan: ”Jiwa orang-orang yang mati dalam keadaan dosa berat, masuk langsung sesudah kematian ke dunia orang mati, di mana mereka mengalami siksa neraka, ”api abadi”. Penderitaan neraka yang paling buruk adalah perpisahan abadi dengan Allah; hanya di dalam Dia manusia dapat menemukan kehidupan dan kebahagiaan, karena untuk itulah ia diciptakan dan itulah yang ia rindukan.” Namun demikian, Tuhan tidak pernah menentukan lebih dahulu siapakah yang akan masuk neraka. Penderitaan di neraka berpangkal dari suatu pilihan bebas. Tidak ada seorang pun ditentukan lebih dahulu oleh Tuhan supaya masuk ke dalam neraka; hanya pengingkaran secara sukarela terhadap Tuhan (dosa berat), di mana orang bertahan sampai akhir, mengantarnya ke sana (KGK 1037).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar